Latest courses

3-tag:Courses-65px

Ads

  • Teknologi Digital dan Telemedicine untuk Hewan

    Pelayanan Kesehatan Hewan Modern

  • One Health Approach

    Strategi Penanganan Penyakit Zoonosis.

  • Animal Health Surveillance and Monitoring

    Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Hewan.

  • Animal Health in Rural Area

    Risk Factors for Disease transmission with Poor Biosecurity Sistem

  • Ownership of Dogs in Rural Area

    Close Human-Animal Interaction that contributes to zoonosis transmission

  • Our Motto

    Kami Belajar Kami Praktek dan Menjadi Kaya

Minggu, 30 Maret 2025

Langkah Biosekuriti di Peternakan untuk Kesehatan Hewan

 



Langkah-langkah biosekuriti di peternakan merupakan garis pertahanan terakhir untuk melindungi kesehatan hewan. Penerapan langkah-langkah biosekuriti bervariasi di berbagai industri peternakan, tetapi pada dasarnya mengikuti prinsip yang sama, yaitu pemisahan, pembersihan, dan desinfeksi. Langkah-langkah biosekuriti harus menjadi bagian dari rencana biosekuriti keseluruhan, yang harus diperbarui dan diaudit secara berkala.

Praktik biosekuriti umum meliputi:

  • Penggunaan area isolasi/karantina untuk menerima hewan pengganti yang baru datang

  • Pagar keliling

  • Gerbang masuk

  • Pakaian dan alas kaki khusus peternakan

  • Fasilitas mandi (shower)

  • Bak desinfeksi kaki (footbath)

  • Kendaraan transportasi khusus peternakan

  • Personel peternakan yang khusus ditugaskan

  • Buku catatan kunjungan tamu

  • Tanda dan papan petunjuk yang jelas tentang praktik biosekuriti

  • Ruangan/area khusus untuk pembersihan dan desinfeksi bahan yang masuk ke peternakan

  • Penggunaan air berklorin

  • Penyaringan udara, yang telah menjadi populer di beberapa daerah di Amerika Serikat bagian tengah untuk mencegah penyebaran virus melalui udara pada babi

Untuk membuat rencana biosekuriti, perlu diidentifikasi pergerakan dan aliran hewan, manusia, serta benda yang dapat menjadi media penyebaran penyakit di peternakan. Rencana ini harus mencakup risiko penyakit yang sesuai dengan jenis dan kelas hewan, menetapkan prioritas risiko, menyatakan tujuan yang ingin dicapai, serta merinci cara pencapaian tujuan tersebut. Rencana ini juga harus mencakup prosedur biosekuriti yang sesuai dengan kondisi peternakan, mencerminkan titik kontrol untuk mencegah masuknya penyakit, dapat diterapkan, serta membangun budaya biosekuriti dalam operasional peternakan.

Rencana biosekuriti harus mencakup prosedur penerapan, termasuk pelatihan bagi personel serta komunikasi dengan semua pihak terkait. Agar efektif, kepatuhan terhadap rencana harus dipantau melalui proses audit formal atau informal. Audit biosekuriti umum dilakukan di berbagai industri peternakan untuk menilai apakah peternakan telah mematuhi langkah-langkah biosekuriti yang ditetapkan dan mengidentifikasi area risiko, mengingat risiko penyakit bersifat dinamis.


Pengawasan (Surveillance)

Istilah monitoring dan surveillance digunakan untuk menggambarkan pengumpulan data secara berkelanjutan guna memperkirakan prevalensi dan tingkat keparahan penyakit dalam suatu populasi. Program monitoring umumnya bertujuan mengumpulkan data prevalensi yang dapat digunakan untuk melacak tren kejadian dan keparahan penyakit dari waktu ke waktu. Sementara itu, program surveillance bertujuan untuk mengambil tindakan segera guna mengatasi peningkatan kejadian penyakit yang terdeteksi.

Pentingnya program ini meningkat ketika pengelolaan peternakan dilakukan secara jarak jauh untuk mengimbangi peningkatan ukuran kawanan dan produksi.

Dalam wabah penyakit yang memerlukan eradikasi, program surveillance difokuskan untuk mendeteksi sumber infeksi sehingga langkah-langkah biokontainmen seperti karantina dan pemusnahan dapat diterapkan. Jika eradikasi tidak diperlukan, pengumpulan data prevalensi harus disesuaikan agar dapat membedakan variasi normal dari dampak penyakit.

Sistem pengumpulan data harus dirancang agar memberikan indikator penyakit yang bermakna secara epidemiologis. Selama perancangan, perlu mempertimbangkan parameter penting seperti ukuran sampel untuk menghitung estimasi kesehatan hewan lainnya, seperti prevalensi, insiden, morbiditas, mortalitas, dan tingkat kekebalan kawanan. Jika pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak, maka estimasi statistik tidak dapat dianggap sepenuhnya akurat, tetapi tetap dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan perlunya intervensi.

Dalam konteks eradikasi penyakit dan perdagangan, mungkin perlu menunjukkan bahwa suatu negara, zona, atau perusahaan bebas dari infeksi. Meskipun tidak ada bukti nyata keberadaan infeksi dalam populasi, kebebasan dari infeksi tidak dapat dibuktikan secara absolut kecuali jika dilakukan uji dengan sensitivitas dan spesifisitas 100% pada seluruh populasi. Dalam hal ini, sistem surveillance harus mampu memberikan estimasi statistik yang menunjukkan bahwa infeksi berada di bawah ambang batas tertentu dengan tingkat kepercayaan yang dapat diterima.

Sebagai bagian dari pemantauan kesehatan, individu dalam populasi harus diperiksa secara berkala untuk mendeteksi penyakit. Perubahan prevalensi dapat mengindikasikan perubahan tingkat insiden yang memerlukan tindakan korektif untuk mencegah penyebaran penyakit. Frekuensi pemantauan tergantung pada epidemiologi penyakit dan tingkat biokontainmen yang diperlukan, seperti kebutuhan karantina atau pemusnahan. Faktor seperti periode laten, mode penularan (vertikal atau horizontal), potensi penyebaran hewan, serta sensitivitas pengujian harus dipertimbangkan.


Biokontainmen

Strategi biokontainmen bertujuan mengurangi dampak tantangan penyakit dengan membatasi peluang infeksi (bioeksklusi), meningkatkan daya tahan (imunisasi), dan mencegah penyebaran (karantina). Dalam kasus eradikasi, karantina biasanya diikuti dengan pemusnahan darurat. Langkah pengendalian rutin diterapkan pada penyakit endemik, tetapi lebih sporadis dalam kasus wabah epidemi.

Karantina mengacu pada praktik isolasi paksa terhadap hewan yang terpapar agen infeksius, termasuk tempat dan durasi isolasi tersebut. Karantina sering kali diwajibkan saat hewan hidup atau produk hewan diimpor. Untuk mencegah masuknya penyakit ke suatu negara, wilayah, atau populasi, hewan atau bahan yang berpotensi menularkan penyakit harus diisolasi hingga terbukti bebas dari penyakit.

Isolasi paksa merupakan langkah pertama dalam biokontainmen ketika hewan yang berpotensi terinfeksi dibawa ke dalam sistem produksi. Pergerakan dalam atau melalui zona kontrol dibatasi dan diawasi. Ukuran dan cakupan zona kontrol tergantung pada risiko penyakit, tetapi umumnya mencakup fasilitas penahanan, peternakan, atau lokasi dalam suatu perusahaan. Dalam kasus penyakit yang penting secara nasional atau regional, zona kontrol dapat diperluas hingga radius 2 mil.

Pemantauan penyakit digunakan untuk menentukan luasnya wabah, dimulai dari dalam zona karantina dan kemudian ke zona kontak di sekitarnya. Otoritas veteriner yang berwenang akan mengambil kendali dalam kasus penyakit asing atau wajib lapor. Semua pihak yang berkepentingan (negara, wilayah, perusahaan, peternak) harus memiliki rencana tanggap darurat yang memadai untuk menangani aspek penahanan dan eradikasi penyakit.


Kemoprofilaksis dan Vaksinasi dalam Program Biosekuriti untuk Hewan

Obat-obatan dapat ditambahkan ke pakan atau air minum untuk mengurangi risiko penyakit. Vaksinasi merupakan metode yang umum digunakan untuk mengurangi risiko dan/atau dampak infeksi pada individu atau populasi yang terpapar. Tujuan utama imunisasi adalah mencegah penyakit klinis dengan meningkatkan ambang infeksi (ID50) dalam populasi.

Vaksinasi dapat digunakan untuk melindungi individu dari penyakit atau untuk melindungi generasi berikutnya dengan membatasi penularan vertikal secara langsung serta meningkatkan transfer antibodi maternal.

Jumat, 28 Maret 2025

Emerging dan Reemerging Animal Diseases

 


Oleh Dr.drh.Petrus Malo Bulu,MVSc

1. Emerging Animal Diseases (EADs)
Emerging animal diseases adalah penyakit hewan yang baru muncul, baik karena patogen baru atau patogen lama yang mengalami perubahan sehingga menyebabkan peningkatan penyebaran atau dampak yang lebih besar. Penyakit ini bisa muncul karena faktor lingkungan, perubahan iklim, perdagangan global, atau mutasi virus/bakteri.

2. Reemerging Animal Diseases (READs)
Reemerging animal diseases adalah penyakit hewan yang sebelumnya telah terkendali atau menurun, tetapi kembali muncul dengan peningkatan kejadian atau penyebaran yang lebih luas. Penyebabnya bisa berupa perubahan ekologi, resistensi obat, atau kegagalan program pengendalian penyakit.


Situasi Emerging dan Reemerging Animal Diseases di Indonesia

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengendalian penyakit hewan emerging dan reemerging. Beberapa faktor yang memengaruhi kondisi ini meliputi:

  • Perubahan Iklim: Meningkatkan risiko penyebaran penyakit vektor seperti antraks dan JE (Japanese Encephalitis).

  • Perdagangan Hewan dan Produk Hewan: Membawa risiko masuknya penyakit baru seperti ASF (African Swine Fever).

  • Kepadatan Populasi Ternak dan Satwa Liar: Meningkatkan risiko spillover penyakit dari hewan liar ke ternak dan manusia.

  • Kurangnya Sistem Pengawasan yang Ketat: Masih ditemukan kasus penyakit yang sulit dikendalikan.

Situasi di Nusa Tenggara Timur (NTT)

NTT sebagai daerah dengan populasi ternak yang besar (sapi, babi, kambing, dan unggas) memiliki tantangan tersendiri dalam menghadapi penyakit emerging dan reemerging, seperti:

  • African Swine Fever (ASF): Wabah ASF telah menyebabkan kematian massal babi di NTT sejak 2020.

  • Rabies: Beberapa daerah di NTT mengalami peningkatan kasus rabies, terutama di Pulau Flores dan sekitarnya.

  • Antraks: Beberapa kasus dilaporkan pada ternak di NTT akibat konsumsi bangkai hewan yang terinfeksi.


Contoh Penyakit Emerging dan Reemerging di Dunia dan Indonesia

Jenis PenyakitEmerging / ReemergingAgen PenyebabNegara yang Terkena
Avian Influenza (H5N1, H7N9)EmergingVirus InfluenzaIndonesia, China, Mesir
African Swine Fever (ASF)EmergingVirus ASFIndonesia, Filipina, China
Nipah VirusEmergingVirus NipahMalaysia, India, Bangladesh
Lumpy Skin Disease (LSD)EmergingCapripoxvirusIndonesia, India, Afrika
RabiesReemergingLyssavirusIndonesia (NTT, Bali), India
AntraksReemergingBacillus anthracisIndonesia (NTT, Jawa), Afrika
BrucellosisReemergingBrucella spp.Indonesia, Amerika Latin
Foot and Mouth Disease (PMK)ReemergingAphthovirusIndonesia, Malaysia, India


Emerging dan reemerging animal diseases merupakan ancaman serius bagi kesehatan hewan dan masyarakat. Pencegahan dan pengendalian membutuhkan sistem surveilans yang kuat, biosekuriti ketat, serta kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan hewan dan ling
kungan.

Kamis, 27 Maret 2025

Soal pilihan ganda tentang Sitasi

 Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


  1. Apa tujuan utama dari sitasi dalam karya ilmiah?
    a. Menambah jumlah halaman
    b. Mengakui sumber informasi

    c. Menghindari penulisan ulang
    d. Membuat tulisan lebih menarik
  2. Manakah dari berikut ini yang termasuk dalam gaya sitasi?
    a. APA

    b. HTML
    c. XML
    d. CSS
  3. Dalam sitasi APA, tahun publikasi biasanya ditempatkan di mana?
    a. Setelah nama penulis dalam tanda kurung

    b. Sebelum nama penulis
    c. Di akhir paragraf
    d. Tidak perlu dicantumkan
  4. Apa yang dimaksud dengan sitasi tidak langsung?
    a. Menggunakan sumber tanpa menyebutkan penulis
    b. Mengutip langsung tanpa perubahan
    c. Menyampaikan ide dengan kata-kata sendiri

    d. Menggunakan catatan kaki sebagai referensi
  5. Manakah tools berikut yang merupakan software manajemen referensi?
    a. Photoshop
    b. Zotero
    c. Excel
    d. PowerPoint
  6. Dalam format APA, bagaimana cara menuliskan kutipan langsung kurang dari 40 kata?
    a. Dalam tanda kutip dan disertai nama penulis serta tahun

    b. Ditulis miring tanpa tanda kutip
    c. Dalam paragraf baru dengan font lebih kecil
    d. Ditempatkan dalam catatan kaki
  7. Apa yang membedakan gaya sitasi Vancouver dari yang lain?
    a. Menggunakan angka untuk referensi

    b. Menggunakan huruf miring untuk nama penulis
    c. Mengutamakan tanggal publikasi di awal kutipan
    d. Tidak memerlukan daftar pustaka
  8. Tools berikut ini yang tidak digunakan untuk manajemen referensi adalah?
    a. EndNote
    b. Google Scholar
    c. Mendeley
    d. Adobe Illustrator
  9. Mengapa sitasi penting dalam penelitian akademik?
    a. Untuk meningkatkan jumlah kata dalam karya ilmiah
    b. Untuk menghargai karya penulis sebelumnya

    c. Untuk menyulitkan pembaca dalam memahami isi tulisan
    d. Untuk membuat artikel terlihat lebih panjang
  10. Dalam format MLA, informasi apa yang ditulis pertama kali dalam daftar pustaka?
    a. Judul buku atau artikel
    b. Nama penerbit
    c. Nama penulis

    d. Tahun publikasi
  11. Gaya sitasi apa yang sering digunakan dalam penelitian kedokteran?
    a. APA
    b. MLA
    c. Harvard
    d. Vancouver
  12. Manakah dari berikut ini yang merupakan ciri khas gaya sitasi Chicago?
    a. Menggunakan catatan kaki dan daftar pustaka

    b. Menggunakan nama penulis dalam tanda kurung
    c. Tidak memerlukan referensi dalam teks
    d. Semua sumber harus ditulis dalam huruf kapital
  13. Manakah format yang digunakan Mendeley untuk menyimpan referensi?
    a. PDF
    b. RIS

    c. DOCX
    d. MP4
  14. Jika sebuah jurnal memiliki lebih dari tiga penulis, bagaimana cara mencantumkannya dalam format APA?
    a. Menulis semua nama penulis
    b. Menulis nama pertama lalu “et al.”

    c. Hanya menulis nama belakang penulis terakhir
    d. Tidak mencantumkan penulis
  15. Apa yang harus dilakukan jika menemukan dua sumber dengan informasi yang mirip?
    a. Mengutip keduanya untuk memperkuat argumen

    b. Mengabaikan salah satu sumber
    c. Menggunakan satu sumber saja dan mengklaim ide sebagai milik sendiri
    d. Menulis ulang ide tanpa menyebutkan sumber
  16. Bagaimana cara menggunakan fitur sitasi di Google Scholar?
    a. Klik ikon kutipan dan pilih format yang diinginkan

    b. Mengetik referensi secara manual
    c. Mengunduh artikel tanpa melihat referensinya
    d. Menggunakan Google Drive untuk menyimpan sumber
  17. Jika seorang mahasiswa ingin menggunakan Mendeley, apa yang perlu dilakukan pertama kali?
    a. Menginstal software dan membuat akun

    b. Membeli buku panduan referensi
    c. Menulis daftar pustaka secara manual
    d. Mencari referensi di Wikipedia
  18. Dalam Harvard Style, bagaimana format penulisan nama penulis?
    a. Nama belakang diikuti oleh inisial nama depan

    b. Nama lengkap tanpa singkatan
    c. Hanya inisial tanpa nama belakang
    d. Ditulis dalam huruf kapital semua
  19. Apa yang dapat terjadi jika seseorang tidak menyertakan sitasi dalam karya ilmiah?
    a. Karyanya menjadi lebih menarik
    b. Dapat dianggap sebagai plagiarisme

    c. Dapat meningkatkan jumlah pembaca
    d. Tidak berpengaruh terhadap akademik
  20. Manakah pernyataan yang benar tentang sitasi?
    a. Sitasi hanya diperlukan dalam buku, bukan artikel
    b. Sitasi tidak diperlukan jika menggunakan informasi dari Wikipedia
    c. Sitasi membantu memperkuat argumen dalam tulisan akademik

    d. Sitasi hanya penting dalam bidang kedokteran

Soal pilihan Ganda tentang Sistematika Penulisan Ilmiah

 Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar


  1. Apa yang dimaksud dengan sistematika penulisan ilmiah?
    a. Cara menyusun laporan dengan format bebas
    b. Struktur dan aturan dalam menyusun karya ilmiah
    c. Menulis dengan bahasa sehari-hari
    d. Menulis tanpa referensi
  2. Ciri utama dari karya ilmiah adalah…
    a. Menggunakan opini tanpa data
    b. Ditulis secara sistematis dan objektif
    c. Tidak memerlukan referensi
    d. Bebas dari aturan penulisan
  3. Tujuan utama dari sistematika penulisan ilmiah adalah…
    a. Memudahkan pembaca dalam memahami isi tulisan
    b. Mengurangi jumlah halaman tulisan
    c. Menghindari penulisan referensi
    d. Mempercepat proses publikasi
  1. Bagian awal dari sebuah karya ilmiah yang mencantumkan judul, nama penulis, dan institusi disebut…
    a. Abstrak
    b. Halaman judul
    c. Pendahuluan
    d. Daftar isi
  2. Fungsi utama dari abstrak dalam penulisan ilmiah adalah…
    a. Menjelaskan kesimpulan secara rinci
    b. Memberikan ringkasan isi penelitian
    c. Menguraikan daftar pustaka
    d. Menghilangkan keharusan membaca keseluruhan tulisan
  3. Pernyataan berikut yang benar tentang daftar isi adalah…
    a. Berisi daftar sumber referensi yang digunakan
    b. Menggambarkan isi dokumen secara sistematis
    c. Memuat kesimpulan penelitian
    d. Hanya ditulis dalam laporan non-ilmiah
  1. Pendahuluan dalam karya ilmiah tidak memuat…
    a. Latar belakang
    b. Tujuan penelitian
    c. Hasil analisis
    d. Rumusan masalah
  2. Pernyataan yang benar mengenai tinjauan pustaka adalah…
    a. Memuat teori dan penelitian terdahulu terkait
    b. Menyajikan hasil penelitian terbaru tanpa referensi
    c. Berisi opini penulis tanpa sumber yang jelas
    d. Tidak diperlukan dalam penelitian kualitatif
  3. Bagian metodologi penelitian menjelaskan tentang…
    a. Teori yang digunakan
    b. Proses dan teknik dalam mengumpulkan serta menganalisis data
    c. Hasil penelitian dari jurnal sebelumnya
    d. Kesimpulan penelitian
  4. Bagian hasil dan pembahasan dalam karya ilmiah berisi…
    a. Data penelitian dan interpretasi hasil
    b. Perbandingan teori dari berbagai sumber
    c. Penjelasan tentang metode penelitian
    d. Pendapat pribadi tanpa dukungan data
  1. Kesimpulan dalam karya ilmiah harus…
    a. Merangkum hasil penelitian dan menjawab rumusan masalah
    b. Berisi pendapat pribadi yang tidak terkait penelitian
    c. Mengulang semua pembahasan secara detail
    d. Mengacu pada daftar pustaka
  2. Bagian yang memuat saran untuk penelitian selanjutnya adalah…
    a. Daftar pustaka
    b. Kesimpulan dan saran
    c. Tinjauan pustaka
    d. Abstrak
  3. Fungsi dari daftar pustaka dalam karya ilmiah adalah…
    a. Menyusun daftar kata kunci
    b. Menampilkan referensi yang digunakan
    c. Menyebutkan semua buku yang pernah dibaca
    d. Menyajikan hasil analisis data
  1. Referensi dalam sistem APA (7th edition) ditulis dengan format…
    a. Nama Penulis. (Tahun). Judul. Kota: Penerbit.

    b. Nama Penulis,
    Judul, Nama Jurnal, vol. xx, no. xx, Tahun.
    c. Nama Penulis. Judul.
    Kota: Penerbit; Tahun.
    d. Judul. Nama Penulis. Tahun.
  2. Dalam sistematika penulisan ilmiah, kutipan langsung lebih dari 40 kata harus…
    a. Ditulis dalam paragraf biasa
    b. Diletakkan dalam tanda kutip
    c. Ditulis dalam blok kutipan terpisah
    d. Tidak diperbolehkan dalam karya ilmiah
  3. Fungsi dari lampiran dalam karya ilmiah adalah…
    a. Menyajikan informasi tambahan seperti tabel atau dokumen pendukung
    b. Merangkum seluruh isi penelitian
    c. Mengulangi hasil penelitian
    d. Menyajikan daftar referensi
  1. Salah satu bentuk plagiarisme dalam karya ilmiah adalah…
    a. Menggunakan kutipan dengan menyebut sumber
    b. Menulis ulang ide orang lain tanpa menyertakan sumber
    c. Menggunakan banyak referensi
    d. Menyusun daftar pustaka dengan format yang benar
  2. Menggunakan sumber tanpa mencantumkan kutipan atau referensi disebut…
    a. Teknik sitasi
    b. Plagiarisme

    c. Parafrase
    d. Reformulasi
  3. Tujuan utama dari standar penulisan ilmiah adalah…
    a. Menyamakan format penelitian agar mudah dipahami

    b. Membatasi kreativitas penulis
    c. Memperbanyak jumlah halaman tulisan
    d. Menyulitkan publikasi penelitian
  4. Salah satu alasan pentingnya menggunakan referensi dalam karya ilmiah adalah…
    a. Agar tulisan terlihat lebih panjang
    b. Untuk mendukung argumen dengan data yang valid

    c. Untuk menghindari kritik dari pembaca
    d. Untuk menyulitkan pemahaman pembaca

Top of Form

Bottom of Form

 

Jumat, 07 Maret 2025

Jadwal lengkap vaksinasi ayam petelur (Layer)



 Jadwal vaksinasi ayam petelur sangat penting untuk menjaga kesehatan ayam dan mencegah penyakit yang dapat menurunkan produktivitas telur. Berikut adalah jadwal vaksinasi lengkap untuk ayam petelur mulai dari DOC (Day Old Chick) hingga masa produksi:

1. Periode Starter (0–6 Minggu)

Usia AyamJenis VaksinMetode Pemberian
0–1 hariND-IB (Newcastle Disease - Infectious Bronchitis)Tetes mata/hidung
4–7 hariGumboro pertama (IBD)Air minum/tetes
10–14 hariND LaSotaAir minum/tetes
14–17 hariGumboro kedua (IBD)Air minum/tetes
21–24 hariND LaSotaAir minum/tetes
28 hariCoryza (Snot)Suntikan subkutan

2. Periode Grower (7–18 Minggu)

Usia AyamJenis VaksinMetode Pemberian
5–6 mingguND LaSotaAir minum/tetes
8–10 mingguAI (Avian Influenza)Suntikan
10–12 mingguCoryza keduaSuntikan
12–14 mingguND Clone 45 / ND KilledSuntikan
14–16 mingguAI keduaSuntikan

3. Periode Layer (Masa Produksi 18 Minggu ke Atas)

Usia AyamJenis VaksinMetode Pemberian
16–18 mingguND LaSotaAir minum/tetes
20–22 mingguAI ketigaSuntikan
Setiap 2 bulanND LaSotaAir minum
Setiap 6 bulanAISuntikan

Catatan Penting:

  1. Vaksinasi harus diberikan dengan teknik yang benar untuk memastikan efektivitas.
  2. Gunakan vaksin yang sesuai dengan rekomendasi peternakan dan kondisi lokal.
  3. Pastikan ayam dalam kondisi sehat sebelum vaksinasi.
  4. Sanitasi dan kebersihan kandang sangat penting untuk mendukung efektivitas vaksin.
  5. Vaksinasi AI dapat disesuaikan dengan instruksi pemerintah setempat terkait wabah flu burung.

Penyakit Tetelo pada Ayam (Newcastle Disease - ND)

 



1. Pengertian Penyakit Tetelo

Penyakit Tetelo, atau dikenal sebagai Newcastle Disease (ND), adalah penyakit menular yang menyerang unggas, terutama ayam. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari keluarga Paramyxoviridae, genus Avulavirus. Newcastle Disease merupakan salah satu penyakit unggas yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan kematian tinggi pada ayam dan berdampak besar pada industri peternakan.


2. Penyebab Penyakit Tetelo

Penyakit ini disebabkan oleh virus Newcastle Disease Virus (NDV) yang menyerang sistem pernapasan, saraf, dan pencernaan ayam. Virus ini memiliki beberapa strain yang berbeda tingkat keganasannya:

  • Strain Lentogenik (Ringan) → Menyebabkan infeksi ringan, sering tidak menunjukkan gejala.
  • Strain Mesogenik (Sedang) → Menyebabkan gejala sedang, dapat menyerang pernapasan dan pencernaan.
  • Strain Velogenik (Ganas) → Menyebabkan kematian tinggi, menyerang sistem saraf, pencernaan, dan pernapasan secara parah.

3. Kapan Terjadinya Penyakit Tetelo?

Penyakit Tetelo dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi lebih sering muncul dalam kondisi berikut:

  • Musim hujan atau peralihan musim (karena stres lingkungan meningkatkan risiko penyakit).
  • Kepadatan kandang yang tinggi (meningkatkan penyebaran virus).
  • Sanitasi yang buruk (mempermudah penyebaran virus dari kotoran atau peralatan kandang).
  • Kekebalan tubuh ayam rendah (karena kurangnya vaksinasi atau stres lingkungan).

4. Cara Penyebaran Penyakit Tetelo

Virus Newcastle Disease menyebar dengan sangat cepat melalui beberapa cara, yaitu:

  • Kontak langsung dengan ayam yang terinfeksi (melalui lendir, air liur, kotoran, dan sekresi pernapasan).
  • Udara (Airborne transmission), terutama di kandang dengan ventilasi buruk.
  • Peralatan kandang, pakaian pekerja, atau kendaraan yang telah terkontaminasi virus.
  • Pakan dan air minum yang tercemar virus.
  • Burung liar atau unggas lain yang membawa virus tanpa menunjukkan gejala.

Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan yang kotor, terutama di tempat lembab dan berdebu.


5. Gejala Penyakit Tetelo

Gejala penyakit ini bervariasi tergantung pada strain virus yang menginfeksi ayam:

a. Gejala Pernapasan
  • Bersin, batuk, dan megap-megap.
  • Keluar lendir dari hidung dan mulut.
  • Suara ayam menjadi serak atau hilang.
b. Gejala Pencernaan
  • Diare berwarna kehijauan.
  • Tidak nafsu makan dan lemas.
c. Gejala Saraf
  • Leher terpuntir ke belakang (tortikolis).
  • Kelumpuhan sayap dan kaki.
  • Gemetar dan kehilangan keseimbangan.
d. Gejala Umum
  • Penurunan produksi telur pada ayam petelur.
  • Telur yang dihasilkan memiliki cangkang tipis atau bentuk abnormal.
  • Kematian mendadak dalam jumlah besar (pada strain velogenik).

6. Cara Pencegahan Penyakit Tetelo

Pencegahan adalah langkah paling penting untuk mengendalikan penyakit ini karena tidak ada obat yang dapat menyembuhkan ayam yang sudah terinfeksi. Berikut langkah-langkah pencegahan yang efektif:

a. Vaksinasi

Vaksinasi adalah cara utama untuk mencegah Newcastle Disease. Jenis vaksin yang digunakan:

  • Vaksin hidup (Lentogenik) → Untuk anak ayam, misalnya vaksin ND LaSota atau B1.
  • Vaksin inaktif (Killed vaccine) → Diberikan sebagai booster untuk meningkatkan kekebalan jangka panjang.

Jadwal vaksinasi yang umum digunakan:

  • Umur 4–7 hari → Vaksin ND tetes mata/hidung (ND LaSota/B1).
  • Umur 2–3 minggu → Vaksin ulang ND melalui air minum.
  • Umur 4–6 minggu → Vaksin ND suntik (inaktif).
  • Pengulangan vaksin setiap 3–6 bulan sekali pada ayam petelur dan indukan.
b. Biosekuriti Kandang
  • Menjaga kebersihan kandang → Disinfeksi rutin menggunakan desinfektan.
  • Mencegah kontak dengan unggas liar yang bisa membawa virus.
  • Membatasi akses orang luar ke dalam peternakan.
  • Memisahkan ayam sakit dari ayam sehat untuk mencegah penyebaran.
c. Manajemen Pakan dan Minum
  • Pastikan pakan dan air minum bersih dan bebas kontaminasi.
  • Gunakan tempat makan dan minum yang mudah dibersihkan dan lakukan sterilisasi secara berkala.
d. Manajemen Stres Ayam
  • Hindari kepadatan kandang yang berlebihan.
  • Berikan vitamin dan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam.

7. Penanganan Ayam yang Terinfeksi

Karena tidak ada obat yang dapat menyembuhkan Tetelo, ayam yang sudah terinfeksi biasanya akan mengalami kematian jika strain virusnya ganas. Namun, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

  • Isolasi ayam sakit agar tidak menularkan ke ayam lain.
  • Berikan vitamin dan elektrolit untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam.
  • Lakukan pemusnahan ayam yang terinfeksi berat untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
  • Bersihkan kandang dengan desinfektan setelah ada kasus infeksi.

8. Kesimpulan

Penyakit Tetelo atau Newcastle Disease adalah penyakit viral yang sangat menular dan berbahaya bagi ayam. Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung dengan ayam yang terinfeksi, udara, dan peralatan yang terkontaminasi. Pencegahan terbaik adalah dengan vaksinasi rutin, biosekuriti yang ketat, dan manajemen kandang yang baik. Jika ayam sudah terinfeksi, penanganannya hanya bisa dilakukan dengan isolasi dan meningkatkan daya tahan tubuh ayam, tetapi tingkat kesembuhannya rendah, terutama pada strain yang ganas. Oleh karena itu, langkah pencegahan sangat penting untuk menghindari kerugian besar dalam peternakan ayam.

Jadwal vaksinasi lengkap untuk kucing, mulai dari usia anak kucing:



1. Usia 6–8 Minggu

  • Vaksin FVRCP (1)
    • Mencegah Feline Viral Rhinotracheitis (FHV-1), Calicivirus (FCV), dan Panleukopenia (FPV).

2. Usia 10–12 Minggu

  • Vaksin FVRCP (2)
    • Dosis booster untuk meningkatkan kekebalan.
  • Vaksin FeLV (1) – Opsional
    • Untuk mencegah Feline Leukemia Virus (FeLV), disarankan bagi kucing yang sering berinteraksi dengan kucing lain.

3. Usia 14–16 Minggu

  • Vaksin FVRCP (3)
    • Dosis booster terakhir untuk perlindungan jangka panjang.
  • Vaksin FeLV (2) – Opsional
    • Dosis booster untuk FeLV jika diberikan sebelumnya.
  • Vaksin Rabies (1)
    • Wajib di banyak negara untuk mencegah rabies.

4. Usia 6 Bulan – 1 Tahun

  • Vaksin FVRCP (Booster Tahunan)
  • Vaksin FeLV (Booster Tahunan, jika diperlukan)
  • Vaksin Rabies (Booster Tahunan atau Sesuai Peraturan Lokal)

5. Vaksinasi Tahunan atau Tiap 3 Tahun (Dewasa)

  • Vaksin FVRCP (Booster setiap 1–3 tahun tergantung rekomendasi dokter hewan).
  • Vaksin Rabies (Booster tahunan atau setiap 3 tahun tergantung jenis vaksin).
  • Vaksin FeLV (Booster tahunan untuk kucing dengan risiko tinggi).

Selain vaksinasi, penting juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan memastikan kucing mendapatkan perawatan antiparasit secara berkala.